PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN
MASSA JENIS GAS
(laporan
praktikum kimia fisik)
Oleh
Rini Handayani Rotua P
1017011046
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu materi berupa gas, berat
molekul suatu senyawa gas tersebut dapat ditentukan dari massa jenis yang
diketahui. Hal ini terbukti dari persamaan gas ideal yang jika diturunkan dapat
memenuhi perhitungan berat molekul. Seperti yang diketahui, suatu gas dapat
dikatakan ideal jika berada pada keadaan tertentu, seperti tidak ada gaya tarik
menarik anatar molekulnya, volume dari gas tersebut dapat diabaikan, serta
tidak ada perubahan energi dalam.
Dari persamaan gas ideal yang
mengandung unsur mol zat yang diketahui, dapat ditentukan berat molekulnya.
Sehingga mudah bagi kita untuk menentukan berat molekul gas tersebut jika gas
itu dianggap sebagai gas ideal. Dalam percobaan kali ini digunakan cairan
volatil yang dipanaskan atau diuapkan dalam penangas air, sehingga terbentuk
gas yang akan ditentukan rumus molekulnya. Dalam percobaan ini kita menggunakan
zat volatil yaitu kloroform.
Dengan teknik atau langkah kerja yang
ditentukan, akan didapat uap cairan yang akan ditentukan berat molekulnya, yang
memiliki tekanan yang sama dengan tekanan atmosfer. Sehingga akan didapat berat
molekul dari perhitungan persamaan gas ideal yang diekstrapolasi, sehingga
didapat
I.2 TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat
berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau
tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya.
Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya
suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
a.
Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
b.
Volume dari
molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
c.
Tidak ada
perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.
Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar
dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya
terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2,
NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.
Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung
berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang
akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat
molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama.
Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk
menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian
diukur PV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :
P V = n
R T dimana n
=
M =
Bila gas ideal sifat-sifatnya
dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R
T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang
lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah.
Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka
hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan
terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas
akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila
tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang
didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p
atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal
pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
P V = R T
M = R T
= (d/p)o R T
Suatu aliran dari udara kering yang
bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran
ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka
udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram
cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari
cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum
gas ideal :
P = ( ) R T
(Respati,
1992).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel
gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan
=
konstan
Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan
oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul.
Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai
suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas
ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang
relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas
akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk
segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Persamaan gas
ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal,
yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang
sama (Haliday, 1978).
Persamaan yang menghubungkan langsung
massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika
jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan
massa molekulnya.
Jumlah mol
(n) =
Bila dimasukan dalam hukum gas ideal
menghasilkan :
PV = R T
M =
Rapatan (d)
adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan
dapat ditulis :
M =
d
(Brady,
1999).
III. METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600
ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator.
b. Bahan
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil
seperti CHCl3 dan aseton.
3.2 Prosedur
Percobaan
5 ml cairan volatil
|
-
Dimasukkan dalam
erlenmeyer
-
Ditutup
kembali dengan alumunium foil
-
Dikencangkan
dengan karet gelang hingga kedap udara
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Dibuat
lubang kecil pada alumunium dengan jarum
-
Direndam
erlenmeyer dalam penangas air
-
Dibiarkan
sampai cairan volatil menguap
-
Dicatat suhu
penangas air
-
Diangkat
erlenmeyer setelah cairan menguap
-
Dikeringkan
dan didinginkan didalam desikator
-
HASIL
|
Ditimbang
erlenmeyer setelah dingin
Erlenmeyer
|
-
Diisi air
sampai penuh
-
Diukur suhu
air
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Diukur
tekanan udara dengan barometer
HASIL
|
IV. HASIL DAN
PERHITUNGAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 1
No
|
Pengamatan
|
Kloroform
|
Aseton
|
1
|
Massa labu
erlenmeyer, allumunium foil, dan karet gelang
|
72,98 g
|
73,80 g
|
2
|
Massa
erlenmeyer dan volatil
|
73,66 g
|
73,95 g
|
3
|
Massa
cairan x
|
0,68 g
|
0,15 g
|
4
|
Massa
erlenmeyer dan air
|
209,4
|
208,80 g
|
5
|
Massa air
|
136,88 g
|
135,68 g
|
6
|
Temperatur
air
|
30˚C
|
31˚C
|
7
|
Temperatur
air (volatil menguap)
|
85˚C
|
82˚C
|
8
|
Temperatur
atmosfir
|
1 atm
|
1 atm
|
4.2 Perhitungan
·
Perhitungan untuk kloroform ( CHCl3 )
Dik : massa air =
136,88 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam labu = 300 C
Massa CHCl3 = ( massa
labu erlenmeyer + alumunium foil + karet
geleng + cairan terkondensasi ) – ( massa labu erlenmeyer + alumunium
foil + karet gelang )
= 73,66 gr – 72,98 gr
= 0,68 gr
T air dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit : BM CHCl3
Jawab :
V air = = = 137,429 cm3 = 137,429. 10-3 L
V air = V kloroform = 137,429. 10-3 L
= =
= 4,948 gr/L
BM = = 4,948 . = 151,45 gr/L
·
Perhitungan untuk aseton
Dik : massa
air =
135,68 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam
labu = 310
C
Massa aseton
= (massa labu erlen meyer + aluminium
foil + karet gelang + cairan terkondensasi) – (massa labu erlenmeyer + aluminium
foil + karet gelang).
= 73,95 gr – 73,80 gr
= 0,15 gr
Tair dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit :
BM aseton
Jawab :
V air = = = 136,225 cm3 = 136,225. 10-3 L
V air = V aseton = 136,225. 10-3 L
= =
= 1,1011 gr/L
BM = = 1,1011. = 33,7035 gr/L
·
Perhitungan Persen Eror
Untuk kloroform
Dik : BM praktek = 151,45 gr/L
BM teori = 119,5 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
=26,7364 %
Untuk aseton
Dik : BM praktek = 33,7035 gr/L
BM teori = 58 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
= 41,8905 %
·
Perhitungan Faktor Koreksi
Untuk
kloroform
Dik : mair = 136,88 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 137,429. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM CHCl3
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,042 gr
massa total = massa udara + massa kloroform
= 0,042 + 0,68
= 0,722 gr
gr/L
BM kloroform = = 5,2536 = 160,8041 gr/mol
Untuk aseton
Dik : mair = 135,68 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 136,225. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM aseton
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,0417 gr
massa total = massa udara + massa aseton
= 0,0417 + 0,15
= 0,567 gr
gr/L
BM aseton = = = 127,398 gr/mol
Tabel Hasil Perhitungan
Tabel 2
Cairan
Volatil
|
ρ air (g /
L)
|
m cairan
(g)
|
P (atm)
|
CHCl3
|
4,948
|
0,689
|
1
|
Aseton
|
1,1011
|
0,159
|
1
|
Tabel 3
Cairan
Volatil
|
BM (g /
mol)
|
m total
(g)
|
BM koreksi
(g / mol)
|
% Error
(%)
|
CHCl3
|
151,54
|
0,722
|
160,8041
|
26,7364 %
|
Aseton
|
33,7045
|
0,567
|
127,398
|
41,8905 %
|
4.3 PEMBAHASAN
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan
massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil.
Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat
sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan persamaan gas ideal
dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga
sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi
n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar
:
PV =
Praktikum kali ini bertujuan untuk
dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini
dipergunakan sampel berupa larutan kloroform dan aseton.
Pada praktikum kali ini,
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat
menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan
karet gelang untuk kloroform yakni 72,98 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yakni 73,80 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan kloroform/aseton lalu dipanaskan sampai suhu 100 °C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian
diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin
dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan
alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yang didinginkan yakni 73,66 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yang didinginkan yakni 73,95 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan kloroform yakni 0,689 gr dan untuk aseton yakni 0,159 gr.
Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan
volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 151,45 gr/mol, sedangkan BM kloroform yang sebenarnya adalah 119,5
g/mol. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM aseton
ialah 33,7045 gr/mol, sedangkan BM aseton yang
sebenarnya adalah 58 g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis.
Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurangtelitian praktikan pada saat
praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan
pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara
dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh.
Dalam perhitungan berat molekul (BM)
aseton dan kloroform dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya
volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan
mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung. Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan
bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM).
Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin
besar pula nilai berat molekulnya.
Dalam percobaan kali ini digunakan dua larutan volatil, yaitu zat kloroform
dan aseton. Kedua cairan volatil tersebut tampak berbeda dalam lama
pengerjaannya. Pada larutan kloroform, zat bila dipanaskan lebih lambat menguap
daripada aseton. Hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform
itu sendiri jauh lebih besar daripada aseton sehingga fase dari kloroform jauh
lebih sulit untuk diubah daripada aseton.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :
1. Penentuan berat
molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan
menggunakan persamaan gas ideal.
2. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 151,45gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 119,5 gr/mol.
3. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 30,7045 gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 58 gr/mol.
4. Pada perhitungan persen error, diproleh hasil yakni % error BM kloroform yakni 26,7364 %, sedangkan untuk
% error BM aseton yakni 41,8905 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Binarupa Aksara. Jakarta.
Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Respati. 1992. Dasar-Dasar
Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka
Cipta. Yogyakarta.
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN
MASSA JENIS GAS
(laporan
praktikum kimia fisik)
Oleh
Rini Handayani Rotua P
1017011046
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu materi berupa gas, berat
molekul suatu senyawa gas tersebut dapat ditentukan dari massa jenis yang
diketahui. Hal ini terbukti dari persamaan gas ideal yang jika diturunkan dapat
memenuhi perhitungan berat molekul. Seperti yang diketahui, suatu gas dapat
dikatakan ideal jika berada pada keadaan tertentu, seperti tidak ada gaya tarik
menarik anatar molekulnya, volume dari gas tersebut dapat diabaikan, serta
tidak ada perubahan energi dalam.
Dari persamaan gas ideal yang
mengandung unsur mol zat yang diketahui, dapat ditentukan berat molekulnya.
Sehingga mudah bagi kita untuk menentukan berat molekul gas tersebut jika gas
itu dianggap sebagai gas ideal. Dalam percobaan kali ini digunakan cairan
volatil yang dipanaskan atau diuapkan dalam penangas air, sehingga terbentuk
gas yang akan ditentukan rumus molekulnya. Dalam percobaan ini kita menggunakan
zat volatil yaitu kloroform.
Dengan teknik atau langkah kerja yang
ditentukan, akan didapat uap cairan yang akan ditentukan berat molekulnya, yang
memiliki tekanan yang sama dengan tekanan atmosfer. Sehingga akan didapat berat
molekul dari perhitungan persamaan gas ideal yang diekstrapolasi, sehingga
didapat
I.2 TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat
berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau
tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya.
Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya
suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
a.
Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
b.
Volume dari
molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
c.
Tidak ada
perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.
Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar
dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya
terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2,
NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.
Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung
berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang
akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat
molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama.
Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk
menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian
diukur PV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :
P V = n
R T dimana n
=
M =
Bila gas ideal sifat-sifatnya
dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R
T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang
lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah.
Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka
hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan
terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas
akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila
tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang
didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p
atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal
pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
P V = R T
M = R T
= (d/p)o R T
Suatu aliran dari udara kering yang
bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran
ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka
udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram
cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari
cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum
gas ideal :
P = ( ) R T
(Respati,
1992).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel
gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan
=
konstan
Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan
oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul.
Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai
suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas
ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang
relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas
akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk
segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Persamaan gas
ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal,
yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang
sama (Haliday, 1978).
Persamaan yang menghubungkan langsung
massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika
jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan
massa molekulnya.
Jumlah mol
(n) =
Bila dimasukan dalam hukum gas ideal
menghasilkan :
PV = R T
M =
Rapatan (d)
adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan
dapat ditulis :
M =
d
(Brady,
1999).
III. METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600
ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator.
b. Bahan
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil
seperti CHCl3 dan aseton.
3.2 Prosedur
Percobaan
5 ml cairan volatil
|
-
Dimasukkan dalam
erlenmeyer
-
Ditutup
kembali dengan alumunium foil
-
Dikencangkan
dengan karet gelang hingga kedap udara
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Dibuat
lubang kecil pada alumunium dengan jarum
-
Direndam
erlenmeyer dalam penangas air
-
Dibiarkan
sampai cairan volatil menguap
-
Dicatat suhu
penangas air
-
Diangkat
erlenmeyer setelah cairan menguap
-
Dikeringkan
dan didinginkan didalam desikator
-
HASIL
|
Ditimbang
erlenmeyer setelah dingin
Erlenmeyer
|
-
Diisi air
sampai penuh
-
Diukur suhu
air
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Diukur
tekanan udara dengan barometer
HASIL
|
IV. HASIL DAN
PERHITUNGAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 1
No
|
Pengamatan
|
Kloroform
|
Aseton
|
1
|
Massa labu
erlenmeyer, allumunium foil, dan karet gelang
|
72,98 g
|
73,80 g
|
2
|
Massa
erlenmeyer dan volatil
|
73,66 g
|
73,95 g
|
3
|
Massa
cairan x
|
0,68 g
|
0,15 g
|
4
|
Massa
erlenmeyer dan air
|
209,4
|
208,80 g
|
5
|
Massa air
|
136,88 g
|
135,68 g
|
6
|
Temperatur
air
|
30˚C
|
31˚C
|
7
|
Temperatur
air (volatil menguap)
|
85˚C
|
82˚C
|
8
|
Temperatur
atmosfir
|
1 atm
|
1 atm
|
4.2 Perhitungan
·
Perhitungan untuk kloroform ( CHCl3 )
Dik : massa air =
136,88 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam labu = 300 C
Massa CHCl3 = ( massa
labu erlenmeyer + alumunium foil + karet
geleng + cairan terkondensasi ) – ( massa labu erlenmeyer + alumunium
foil + karet gelang )
= 73,66 gr – 72,98 gr
= 0,68 gr
T air dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit : BM CHCl3
Jawab :
V air = = = 137,429 cm3 = 137,429. 10-3 L
V air = V kloroform = 137,429. 10-3 L
= =
= 4,948 gr/L
BM = = 4,948 . = 151,45 gr/L
·
Perhitungan untuk aseton
Dik : massa
air =
135,68 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam
labu = 310
C
Massa aseton
= (massa labu erlen meyer + aluminium
foil + karet gelang + cairan terkondensasi) – (massa labu erlenmeyer + aluminium
foil + karet gelang).
= 73,95 gr – 73,80 gr
= 0,15 gr
Tair dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit :
BM aseton
Jawab :
V air = = = 136,225 cm3 = 136,225. 10-3 L
V air = V aseton = 136,225. 10-3 L
= =
= 1,1011 gr/L
BM = = 1,1011. = 33,7035 gr/L
·
Perhitungan Persen Eror
Untuk kloroform
Dik : BM praktek = 151,45 gr/L
BM teori = 119,5 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
=26,7364 %
Untuk aseton
Dik : BM praktek = 33,7035 gr/L
BM teori = 58 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
= 41,8905 %
·
Perhitungan Faktor Koreksi
Untuk
kloroform
Dik : mair = 136,88 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 137,429. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM CHCl3
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,042 gr
massa total = massa udara + massa kloroform
= 0,042 + 0,68
= 0,722 gr
gr/L
BM kloroform = = 5,2536 = 160,8041 gr/mol
Untuk aseton
Dik : mair = 135,68 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 136,225. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM aseton
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,0417 gr
massa total = massa udara + massa aseton
= 0,0417 + 0,15
= 0,567 gr
gr/L
BM aseton = = = 127,398 gr/mol
Tabel Hasil Perhitungan
Tabel 2
Cairan
Volatil
|
ρ air (g /
L)
|
m cairan
(g)
|
P (atm)
|
CHCl3
|
4,948
|
0,689
|
1
|
Aseton
|
1,1011
|
0,159
|
1
|
Tabel 3
Cairan
Volatil
|
BM (g /
mol)
|
m total
(g)
|
BM koreksi
(g / mol)
|
% Error
(%)
|
CHCl3
|
151,54
|
0,722
|
160,8041
|
26,7364 %
|
Aseton
|
33,7045
|
0,567
|
127,398
|
41,8905 %
|
4.3 PEMBAHASAN
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan
massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil.
Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat
sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan persamaan gas ideal
dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga
sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi
n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar
:
PV =
Praktikum kali ini bertujuan untuk
dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini
dipergunakan sampel berupa larutan kloroform dan aseton.
Pada praktikum kali ini,
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat
menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan
karet gelang untuk kloroform yakni 72,98 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yakni 73,80 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan kloroform/aseton lalu dipanaskan sampai suhu 100 °C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian
diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin
dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan
alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yang didinginkan yakni 73,66 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yang didinginkan yakni 73,95 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan kloroform yakni 0,689 gr dan untuk aseton yakni 0,159 gr.
Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan
volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 151,45 gr/mol, sedangkan BM kloroform yang sebenarnya adalah 119,5
g/mol. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM aseton
ialah 33,7045 gr/mol, sedangkan BM aseton yang
sebenarnya adalah 58 g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis.
Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurangtelitian praktikan pada saat
praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan
pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara
dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh.
Dalam perhitungan berat molekul (BM)
aseton dan kloroform dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya
volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan
mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung. Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan
bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM).
Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin
besar pula nilai berat molekulnya.
Dalam percobaan kali ini digunakan dua larutan volatil, yaitu zat kloroform
dan aseton. Kedua cairan volatil tersebut tampak berbeda dalam lama
pengerjaannya. Pada larutan kloroform, zat bila dipanaskan lebih lambat menguap
daripada aseton. Hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform
itu sendiri jauh lebih besar daripada aseton sehingga fase dari kloroform jauh
lebih sulit untuk diubah daripada aseton.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :
1. Penentuan berat
molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan
menggunakan persamaan gas ideal.
2. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 151,45gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 119,5 gr/mol.
3. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 30,7045 gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 58 gr/mol.
4. Pada perhitungan persen error, diproleh hasil yakni % error BM kloroform yakni 26,7364 %, sedangkan untuk
% error BM aseton yakni 41,8905 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Binarupa Aksara. Jakarta.
Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Respati. 1992. Dasar-Dasar
Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka
Cipta. Yogyakarta.
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN
MASSA JENIS GAS
(laporan
praktikum kimia fisik)
Oleh
Rini Handayani Rotua P
1017011046
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu materi berupa gas, berat
molekul suatu senyawa gas tersebut dapat ditentukan dari massa jenis yang
diketahui. Hal ini terbukti dari persamaan gas ideal yang jika diturunkan dapat
memenuhi perhitungan berat molekul. Seperti yang diketahui, suatu gas dapat
dikatakan ideal jika berada pada keadaan tertentu, seperti tidak ada gaya tarik
menarik anatar molekulnya, volume dari gas tersebut dapat diabaikan, serta
tidak ada perubahan energi dalam.
Dari persamaan gas ideal yang
mengandung unsur mol zat yang diketahui, dapat ditentukan berat molekulnya.
Sehingga mudah bagi kita untuk menentukan berat molekul gas tersebut jika gas
itu dianggap sebagai gas ideal. Dalam percobaan kali ini digunakan cairan
volatil yang dipanaskan atau diuapkan dalam penangas air, sehingga terbentuk
gas yang akan ditentukan rumus molekulnya. Dalam percobaan ini kita menggunakan
zat volatil yaitu kloroform.
Dengan teknik atau langkah kerja yang
ditentukan, akan didapat uap cairan yang akan ditentukan berat molekulnya, yang
memiliki tekanan yang sama dengan tekanan atmosfer. Sehingga akan didapat berat
molekul dari perhitungan persamaan gas ideal yang diekstrapolasi, sehingga
didapat
I.2 TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat
berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau
tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya.
Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya
suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
a.
Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
b.
Volume dari
molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
c.
Tidak ada
perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.
Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar
dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya
terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2,
NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.
Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung
berat molekul suatu gas, ialah
P V = n
R T dimana n
=
M =
Bila gas ideal sifat-sifatnya
dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R
T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang
lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah.
Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka
hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan
terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas
akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila
tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang
didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p
atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal
pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
P V = R T
M = R T
= (d/p)o R T
Suatu aliran dari udara kering yang
bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran
ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka
udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram
cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari
cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum
gas ideal :
P = ( ) R T
(Respati,
1992).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel
gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan
=
konstan
Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan
oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul.
Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai
suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas
ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang
relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas
akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk
segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Persamaan gas
ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan
berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal,
yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang
sama (Haliday, 1978).
Persamaan yang menghubungkan langsung
massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika
jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan
massa molekulnya.
Jumlah mol
(n) =
Bila dimasukan dalam hukum gas ideal
menghasilkan :
PV = R T
M =
Rapatan (d)
adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan
dapat ditulis :
M =
d
(Brady,
1999).
III. METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600
ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator.
b. Bahan
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil
seperti CHCl3 dan aseton.
3.2 Prosedur
Percobaan
5 ml cairan volatil
|
-
Dimasukkan dalam
erlenmeyer
-
Ditutup
kembali dengan alumunium foil
-
Dikencangkan
dengan karet gelang hingga kedap udara
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Dibuat
lubang kecil pada alumunium dengan jarum
-
Direndam
erlenmeyer dalam penangas air
-
Dibiarkan
sampai cairan volatil menguap
-
Dicatat suhu
penangas air
-
Diangkat
erlenmeyer setelah cairan menguap
-
Dikeringkan
dan didinginkan didalam desikator
-
HASIL
|
Ditimbang
erlenmeyer setelah dingin
Erlenmeyer
|
-
Diisi air
sampai penuh
-
Diukur suhu
air
-
Ditimbang
dengan neraca
-
Diukur
tekanan udara dengan barometer
HASIL
|
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 1
No
|
Pengamatan
|
Kloroform
|
Aseton
|
1
|
Massa labu
erlenmeyer, allumunium foil, dan karet gelang
|
72,98 g
|
73,80 g
|
2
|
Massa
erlenmeyer dan volatil
|
73,66 g
|
73,95 g
|
3
|
Massa
cairan x
|
0,68 g
|
0,15 g
|
4
|
Massa
erlenmeyer dan air
|
209,4
|
208,80 g
|
5
|
Massa air
|
136,88 g
|
135,68 g
|
6
|
Temperatur
air
|
30˚C
|
31˚C
|
7
|
Temperatur
air (volatil menguap)
|
85˚C
|
82˚C
|
8
|
Temperatur
atmosfir
|
1 atm
|
1 atm
|
4.2 Perhitungan
·
Perhitungan untuk kloroform ( CHCl3 )
Dik : massa air =
136,88 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam labu = 300 C
Massa CHCl3 = ( massa
labu erlenmeyer + alumunium foil + karet
geleng + cairan terkondensasi ) – ( massa labu erlenmeyer + alumunium
foil + karet gelang )
= 73,66 gr – 72,98 gr
= 0,68 gr
T air dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit : BM CHCl3
Jawab :
V air = = = 137,429 cm3 = 137,429. 10-3 L
V air = V kloroform = 137,429. 10-3 L
= =
= 4,948 gr/L
BM = = 4,948 . = 151,45 gr/L
·
Perhitungan untuk aseton
Dik : massa
air =
135,68 gr
r air = 0,9960
gr/ cm3
T air dalam
labu = 310
C
Massa aseton
= (massa labu erlen meyer + aluminium
foil + karet gelang + cairan terkondensasi) – (massa labu erlenmeyer + aluminium
foil + karet gelang).
= 73,95 gr – 73,80 gr
= 0,15 gr
Tair dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K
P = 1 atm
Dit :
BM aseton
Jawab :
V air = = = 136,225 cm3 = 136,225. 10-3 L
V air = V aseton = 136,225. 10-3 L
= =
= 1,1011 gr/L
BM = = 1,1011. = 33,7035 gr/L
·
Perhitungan Persen Eror
Untuk kloroform
Dik : BM praktek = 151,45 gr/L
BM teori = 119,5 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
=26,7364 %
Untuk aseton
Dik : BM praktek = 33,7035 gr/L
BM teori = 58 gr/mol
Dit : % error
Jawab :
%error = =
= 41,8905 %
·
Perhitungan Faktor Koreksi
Untuk
kloroform
Dik : mair = 136,88 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 137,429. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM CHCl3
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,042 gr
massa total = massa udara + massa kloroform
= 0,042 + 0,68
= 0,722 gr
gr/L
BM kloroform = = 5,2536 = 160,8041 gr/mol
Untuk aseton
Dik : mair = 135,68 gr
Suhu kamar =
25 0C
Vudara=Verlenmeyer = 136,225. 10-3 L
BM udara =
28,8 gr/mol
Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K
Dit : BM aseton
Jawab :
Faktor koreksi
Log P =
=
= 2,2954
P = 197,424 mmHg
= 0,2598 atm
massa udara
P BM =
mudara = =
= 0,0417 gr
massa total = massa udara + massa aseton
= 0,0417 + 0,15
= 0,567 gr
gr/L
BM aseton = = = 127,398 gr/mol
Tabel Hasil Perhitungan
Tabel 2
Cairan
Volatil
|
ρ air (g /
L)
|
m cairan
(g)
|
P (atm)
|
CHCl3
|
4,948
|
0,689
|
1
|
Aseton
|
1,1011
|
0,159
|
1
|
Tabel 3
Cairan
Volatil
|
BM (g /
mol)
|
m total
(g)
|
BM koreksi
(g / mol)
|
% Error
(%)
|
CHCl3
|
151,54
|
0,722
|
160,8041
|
26,7364 %
|
Aseton
|
33,7045
|
0,567
|
127,398
|
41,8905 %
|
4.3 PEMBAHASAN
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan
massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil.
Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat
sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan persamaan gas ideal
dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga
sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi
n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar
:
PV =
Praktikum kali ini bertujuan untuk
dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini
dipergunakan sampel berupa larutan kloroform dan aseton.
Pada praktikum kali ini,
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat
menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan
karet gelang untuk kloroform yakni 72,98 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yakni 73,80 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan kloroform/aseton lalu dipanaskan sampai suhu 100 °C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian
diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin
dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan
alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yang didinginkan yakni 73,66 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang
untuk aseton yang didinginkan yakni 73,95 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan kloroform yakni 0,689 gr dan untuk aseton yakni 0,159 gr.
Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan
volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 151,45 gr/mol, sedangkan BM kloroform yang sebenarnya adalah 119,5
g/mol. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM aseton
ialah 33,7045 gr/mol, sedangkan BM aseton yang
sebenarnya adalah 58 g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis.
Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurangtelitian praktikan pada saat
praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan
pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara
dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh.
Dalam perhitungan berat molekul (BM)
aseton dan kloroform dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya
volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan
mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung. Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan
bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM).
Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin
besar pula nilai berat molekulnya.
Dalam percobaan kali ini digunakan dua larutan volatil, yaitu zat kloroform
dan aseton. Kedua cairan volatil tersebut tampak berbeda dalam lama
pengerjaannya. Pada larutan kloroform, zat bila dipanaskan lebih lambat menguap
daripada aseton. Hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform
itu sendiri jauh lebih besar daripada aseton sehingga fase dari kloroform jauh
lebih sulit untuk diubah daripada aseton.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :
1. Penentuan berat
molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan
menggunakan persamaan gas ideal.
2. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 151,45gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 119,5 gr/mol.
3. Nilai BM
(berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 30,7045 gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 58 gr/mol.
4. Pada perhitungan persen error, diproleh hasil yakni % error BM kloroform yakni 26,7364 %, sedangkan untuk
% error BM aseton yakni 41,8905 %.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Binarupa Aksara. Jakarta.
Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Respati. 1992. Dasar-Dasar
Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka
Cipta. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar