KUIS 2 KIMIA ANORGANIK 3 (KIM 321) (60 MENIT)
SELASA , 19 OKTOBER 2012
1.sifat apa yang berperan terhadap sifat amfoter dari al2o3 ?dan berikan reaksinya dalam suasana asam dan basa? dan terangkan efek pasangan stabil pada golongan 3A
2.apa beda ikatan kovalen pada karbon dibandingkan unsur segolongan yang sejenis...uraikan !!!
3. berikan reaksi yang terjadi antara accu yang melibatkan logam Pb pada pelarut asam sulfat.?
4.jelaskan perbedaan senyawa yang dibentuk oleh unsur golongan VA?
5.Apakah yang anda ketahui dari garam yang mengandung ion Bi3+ dan reaksi-reaksi yang mungkin?
Senin, 10 Desember 2012
Jumat, 07 Desember 2012
FOTOKIMIA
PRINSIP DASAR FOTOKIMIA
1. Ruang
Lingkup Fotokimia
Konsep interaksi sinar dengan materi berkembang
sejak ditemukan konsep kuantisasi energi. Dalam fotokimia akan lebih difokuskan
pada pembahasan tentang perubahan kimia yang dihasilkan sebagai akibat absorpsi
cahaya. Proses seperti fluoresensi (dimana sinar diemisikan dari suatu
molekul), atau khemiluminesensi (dimana sinar diemisian sebagai hasil reaksi
kimia) dapat dianggap sebagai suatu proses fotokimia.
2. Cahaya dan energi
Planck mengembangkan teori radiasi benda hitam atas dasar postulat bahwa:
radiasi memiliki sifat partikel, atau foton, yang mempunyai energi
sebanding dengan frekuensinya, yaitu:
E = hν..............pers 2
Keterangan: E
= energi radiasi
ν = frekuensi
λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck = 6,63 x 10-34 J.s
Teori kuantum radiasi Planck
kemudian digunakan oleh Albert Einstein untuk menginterpretasi efek
fotolistrik. Selanjutnya pada awal abad ke-19, Grotthus dan Draper merumuskan
hukum fotokimia, yang menyatakan bahwa: hanya sinar yang diserap oleh
molekul yang menghasilkan perubahan kimia dalam molekul. Perkembangan teori
kuantum menghasilkan suatu realisasi bahwa radiasi diserap hanya dalam
energi-energi tertentu atau energi diskrit/paket energi. Stark dan Einstein
kemudian mengusulkan bahwa satu, dan hanya satu, foton yang diserap oleh
partikel tunggal untuk menyebabkan reaksi fotokimianya. Akan tetapi berbagai
proses dapat terjadi setelah mlekul tereksitasi karena mengabsorpsi radiasi.
Selanjutnya Einstein-Stark menyatakan bahwa Jika suatu spesies
menyerap radiasi, maka satu partikel tereksitasi untuk setiap kuantum radiasi
yang diserap. Hukum ini merupakan hukum dasar fotokimia.
Seperti diketahui bahwa energi eksitasi dari masing-masing partikel yang
mengabsorpsi radiasi adalah sama seperti energi kuantum yang diberikan oleh
Planck (pers. 1). Energi eksitasi per mol diperoleh dengan mengalikan energi
eksitasi molekul dengan bilangan Avogadro, N. Jadi:
E = Nhν ............pers.2
Percobaan....fotokimia
Fotokimia Reduksi Ion Besi (III)
TINJAUAN PUSTAKA....
Salah satu cara untuk memulai reaksi adalah dengan
absorpsi sinar. Sejumlah reaksi baik reaksi rantai maupun bukan reaksi rantai
dapat dimulai dengan absorpsi foton. Proses fotokimia merupakan suatu proses
yang sangat penting mengingat bahwa kehidupan di Bumi dimulai dengan
pemanfaatan tenaga matahari (Tryono, 1994 : 106).
Fotokimia dari ilmu kimia yang mempelajari interaksi
antara atom, molekul kecil, dan cahaya (atau radiasi elektromagnetik).
Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, fotokimia menggunakan sistem satuan SI atau
metrik. Unit dan konstanta yang sering dipegunakan antara lain adalah meter,
detik, herzt, jaoule, mol, konstanta gas R, serta konstanta Baltzmann (Anonim,
2010).
Banyak reaksi dapat didefinisikan dengan absorpsi
sinar, yang paling penting adalah proses fotokimia yang menagkap energi
pancaran matahari. Beberapa reaksi ini menyebabkan pemanasan atmosfer pada
siang hari, karena absorpsi dalam daerah ultra ungu. Reaksi lainnya , meliputi
absorpsi sinar merah dan biru olrh klorofil dan penggunaan berikutnya dari
energi, untuk menghasilkan sintesis karbohidrat dari karbon dioksida dan air.
Tanpa fotokimia, dunia ini hanya akan merupakan batuan steril yang hangat
(Atkins, 1997 : 372).
Besi merupakan jenis logam yang kelimpahannya di alam
nomor dua setelah aluminium. Sebagian besar besi berada dalam bentuk hematite
Fe2O4, dan siderite FeCO3. Logam besi mudah larut dalam asam-asam mineral
encer. Dengan asam basa non oksidator akan larut menjadi ion besi (II)
sedangkan jika udara atau digunakan asam-asam oksidator akan dihasilkan besi
(III), (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010. :13).
Dimulai dengan unsur ini, tidak terdapat tingkat
oksidasi yang sama dengan jumlah total elektron valensi, yang dalam kasus ini
adalah 8. Tingkat oksidasi tertinggi adala VI dan jarang dijumpai. Bahkan
tingkat oksidasi tri valensi yang menonjol pentingnya pada kromium, sekarang
turun menjadi tingkat divalensi (Cotton, 1989 : 462).
Besi murni cukup reaktif dalam udara lembab cepat
teroksidasi memberikan besi (III) oksidasi hidrat (karat) yang tidak sanggup
melindungi karena zat ini hancur dan membiarkan permukaan logam yang baru
terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor (Cotton, 1989 : 462).
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak
yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535 oC. Jarang terdapat besi komersial
yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, dan
sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan
penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnetkan. Asam klorida
encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan
garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Fe2+ + H2 èFe + 2H+
Fe2+ + 2Cl- +
H2èFe + 2HCL
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion
besi (III) dan belerang dioksida :
2Fe3+ + 3SO2 +
6H2Oè2Fe + 3H2SO4
+ 6H+
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi
(II) dan amonia :
4Fe2+ + NH4+ +
3H2Oè4Fe + 10H+ +
NO3-
Asam nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif
; dalam keadaan ini dia tidak bereaksi dengan asam nitrat encer dan tak pula
mendesak tembaga dari larutan air suatu garam tembaga. Asam nitrat 1 + 1 atau
asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen
oksida dan ion besi (III)
Fe3+ + NO +
2H2OèFe + HNO3 +
3H+
(Svehla, 1990 : 256).
Ion besi (III) berukuran relatif kecil dengan rapatan
muatan 349 C mm-3 untuk low spin dan 232 C mm-3 untuk high spin, hingga
mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter
kovalen (Sugiyarto, 2003 :242).
Larutan kalium heksasianoferrat (II) : endapan biru
tua besi (III) heksasianoferrat (biru prusia)
Fe4[Fe(CN)6]3è4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4-
Endapan tak larut dalam asam encer, tetapi terurai
dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam klorida pekat. Reagensia yang
sangat berlebihan melarutkannya sebagian atau seluruhnya. Pada mana diperoleh
larutan yang berwarna biru tua (Svehla, 1990 : 262).
D. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Lempeng kaca 2 buah
2. Penjepit kaca 2 buah
3. Pinset 1 buah
4. Gelas kimia 500 mL 1 buah
5. Piring 3 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Gelas ukur 10 mL 1 buah
8. Gelas ukur 50 mL 1 buah
9. Ruang gelap
10. Pipet tetes
11. Botol semprot 1 buah
b) Bahan
1. Besi (III) klorida (FeCl3) 0,5 M
2. Diamonium hidrofosfat ((NH4)2HPO4) 0,5 M
3. Asam oksalat (H2C2O4) 0,5 M
4. Kertas Kalkir
5. Kertas saring
6. Tinta cina
7. Larutan ion heksasianoferrat (III) 0,1 M
[Fe(CN)6]3-
8. Kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,03 M
9. Asam klorida (HCl) 0,1 M
10. Aquadest (H3O+)
11. Lidi
E. Prosedur Kerja
1. Membuat campuran 50 mL besi (III) klorida 0,5 M
dengan 10 mL larutan diamonium hidrofosfat dalam beker gelas 500 mL.
2. Menyimpan larutan dalam ruang gelap
3. Menambahkan 50 mL asam oksalat ke dalam larutan
yang ada dalam lemari
4. Mengaduk larutan dalam ruang gelap. Menutup dan
membuka lemari hanya pada saat yang diperlukan
5. Mengambil 3 helai kertas kalkir dan mencelupkannya
ke dalam larutan yang ada dalam lemari
6. Mengupayakan agar semua kertas tercelup larutan
tetapi tidak merusak kertas
7. Mengeluarkan kertas tersebut dan meletakkan di
antara dua kertas saring selama 10 menit sampai kertas tersebut kering. Langkah
ini masih dalam ruang gelap. Setelah kering, kertas ini digunakan sebagai
kertas peka.
8. Membuat objek dalam kertas kalkir yang ditulis
dengan tinta cina
9. Meletakkan objek di atas kertas peka dengan posisi
a. Tulisan menghadap kertas peka
b. Tulisan membelakangi kertas peka (menghadap kaca)
c. Tulisan dikeringkan dan menghadap kertas peka
10. Menjepit kertas dengan dua keeping kaca kemudian
menjemur di bawah sinar
11. Mengambil kertas peka yang telah disinari kemudian
mencelupkan ke dalam larutan ion heksasianoferrat (III) 0,1 M dalam beker
gelas/piring
12. Mengeluarkan kertas dan mencelupkannya ke dalam
larutan kalium dikromat encer
13. Mencuci kertas dengan HCl dan selanjutnya dengan
air keran
14. Mengeringkan kertas maka akan diperoleh cetakan
berwarna biru.
F. Hasil Pengamatan
50 mL FeCl3 + 10 mL (NH4)2HPO4 disimpan dalam ruang
gelap larutan berwarna kuning + H2C2O4 dalam ruang gelap larutan berwarna
jingga kekuningan
a) Perlakuan 1
kertas kalkir
dikeringkan di antara dua kertas saring kertas pekaè Kertas kalkir dicelup ke dalam
larutan ü
kertas objek
diletakkan diè Kertas
Objek ditulisi dengan tinta cina ü atas kertas peka dengan posisi
tulisan menghadap kertas peka dijepit èdengan lempeng kaca kertas disinari
kertas peka dicelup ke dalam K2C2O7
kertas pekaèkertas peka
dicuci dengan HCl dicuci dengan air
dikeringkan kertas berwarna biru prusi dengan tulisan berwarna hitam.
b) Perlakuan 2
kertas kalkir
dikeringkan di antara dua kertas saring kertas pekaè Kertas kalkir dicelup ke dalam
larutan ü
kertas objek
diletakkan diè Kertas
Objek ditulisi dengan tinta cina ü atas kertas peka dengan posisi
tulisan menghadap lempeng kaca (membelakangi kertas peka) dijepit dengan
lempeng kaca kertas disinari kertas peka
dicuci dengan HClèkertas peka
dicelup ke dalam K2rCr2O7 kertas peka
dikeringkan kertas berwarna biru prusièdicuci dengan air dengan tulisan berwarna biru tua
c) Perlakuan 3
kertas kalkir
dikeringkan di antara dua kertas saring kertas pekaè Kertas kalkir dicelup ke dalam
larutan ü
kertas objek
dikeringkanè Kertas
Objek ditulisi dengan tinta cina ü kertas objek diletakkan di atas
kertas peka dengan posisi tulisan menghadap kertas peka dijepit dengan lempeng
kaca kertas disinari kertas kertas peka
dicuci dengan HCl dicucièpeka dicelup
ke dalam K2Cr2O7 kertas peka
dikeringkan kertas berwarna biru prusi (tidakèdengan air terdapat tulisan pada kertas.
.
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, besi (III) yang akan direduksi
berasal dari larutan FeCl3 (besi (III) klorida). Larutan ini kemudian dicampur
dengan larutan diamonium hidrofosfat dan disimpan dalam ruang gelap. Fungsi
penambahan ini adalah untuk memperlambat reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang
terjadi sangat cepat oleh pengaruh cahaya. Reaksi yang terjadi, yaitu :
FePO4 + HCl +
2NH4ClèFeCl3 +
(NH4)2HPO4
Setelah itu, larutan ditambahkan dengan asam oksalat.
Penambahan asam oksalat ini berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+ dengan persamaan reaksi :
2FeC2O4 +
2H3PO4 + 2CO2è2FePO4 +
H2C2O4
Fe2+èReduksi : Fe3+ + e
2CO2 + 2eèOksidasi : C2O42-
2Fe2+èReduksi : 2Fe3+ + 2e
2CO2 + 2eèOksidasi : C2O42-
2Fe2+ + 2 CO2è2Fe3+ + C2O42-
Selanjutnya kertas kalkir dicelupkan dalam larutan
tersebut sampai seluruh kertas terendam kemudian kertas dikeluarkan dan
ditempatkan di antara dua kertas saring. Hal ini dilakukan untuk mempercepqat
proses pengeringan karena kertas saring memiliki pori yang lebih besar
disbanding kertas peka sehingga mampu menyerap larutan yang ada pada kertas
peka. Pengeringan tidak dilakukan di bawah sinar matahari karena sinar matahari
akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga akan menyebabkan perpindahan objek
pada proses cetak biru tidak maksimal.
Setelah kering, kemudian digunakan sebagai kertas
peka, kertas peka ini mengandung ion Fe2+ yang merupakan hasil dari proses
reduksi Fe3+ oleh asam oksalat. Selain itu, terdapat pula ion Fe3+ yang belum
bereaksi dengan asam oksalat yang kemudian akan direduksi oleh cahaya menjadi
Fe2+.
Pembuatan objek dilakukan di atas kertas kalkir dengan
menggunakan tinta cina. Tinta cina digunakan karena mempunyai partikel yang
sangat rapat sehingga pemindahan objek dengan bantuan cahaya mudah dilakukan.
Selanjutnya pemindahan dilakukan dengan meletakkan kertas objek di atas kertas
peka lalu dijepit dengan dua lempeng kaca lalu disinari dengan cahaya agar
perpindahan yang terjadi dapat berlangsung sempurna.
Setelah itu, kertas peka dicelupkan ke dalam larutan
ion heksasianoferrat (III). Fungsi ion heksasianoferrrat (III) yaitu untuk
memperjelas tulisan yang ada pada kertas peka yang membentuk kompleks berwarna
biru prusian yang membuktikan adanya ion besi. Kemudian kertas peka dicuci
dengan kalium dikromat yang berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran dari ion
heksasianoferrrat (III) dan juga mengikat kelebihan ion heksasianoferrrat (III)
yang digunakan. Kemudian dicuci lagi dengan HCl yang berfungsi untuk mengikat
kotoran-kotoran yang tidak hilang dari pencucian kalium dikromat. Setelah itu,
dicuci dengan aquadest yang berfungsi untuk menghilangkan ion pengotor yang
tersisa serta kelebihan HCl yang digunakan agar didapatkan hasil yang maksimal.
Setelah itu, kertas dikeringkan. Banyaknya ion Fe3+ yang tereduksi menjadi Fe2+
oleh pengaruh cahaya ditunjukkan oleh kepekatan biru pada kertas.
Reaksi Fe3+ dan ion heksasianoferrrat (III), yaitu :
Fe43[Fe(CN)6]3è4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4-
Reaksi Fe2+ dan ion heksasianoferrrat (III), yaitu :
Fe3[Fe(CN)6]2 +
3K2C2O4è2FeC2O4 +
2K3[Fe(CN)6]
Dalam percobaan ini, dilakukan 3 kali perlakuan dimana
pada perlakuan pertama, kertas objek menghadap ke arah kertas peka; pada
perlakuan kedua kertas objek menghadap ke arah lempeng kaca; pada perlakuan ketiga
kertas objek menghadap ke arah kertas peka dengan tinta cina yang sudah kering.
Perlakuan yang berbeda ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh posisi
dan keadaan tinta cina pada proses pemindahan tulisann ke kertas peka.
Dari hasil yang diperoleh, setelah kertas peka
dikeringkan, pada perlakuan pertama terbentuk tulisan berwarna hitam. Perlakuan
kedua tulisan berwarna biru tua dan pada perlakuan ketiga tidak terdapat
tulisan pada kertas peka. Kepekatan warna dari warna biru yang dihasilkan oleh
tulisan pada kertas menunjukkan banyaknya ion besi yang tereduksi oleh cahaya.
Semakin biru tulisan yang dihasilkan, berarti semakin banyak ion Fe3+ yang
tereduksi menjadi ion Fe2+.
Hasil yang kami peroleh pada percobaan ini kurang
maksimal disebabkan proses pencucian yang kurang baik sehingga pada kertas peka
masih terdapat banyak ion heksasianoferrat (III) sehingga menyebabkan kertas
peka menjadi berwarna biru prusi.
H. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1) Fe3+ dapat direduksi menjadi Fe2+ dengan bantuan
sinar matahari disebut sebagai fotokimia
2) Reaksi antara ion besi (II) dengan ion
heksasianoferrat (III) menghasilkan warna biru prusi/trumbul
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Fotokimia.
http://id.wikipedia.org/wiki/fotokimia diakses pada 4 Mei 2010.
Atkins. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat.
Jakarta : Erlangga.
Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta : UI-Press.
Sugiyarto, Kristian. H. 2003. Kimia
Anorganik II. Yogyakarta : UNJ
TUGAS ANORGANIK 3
*TUGAS INI BARU DIKUMPUL KEMAREN..TAPI GUA PGEN POSTING AJA DI BLOG INI BUAT BERBAGI BUAT PARA BLOGER2...DAN TEMEN-TEMEN YANG PGEN CARI REFERENSI MENGENAI PROSES PEMBUATAN TITANIUM :) ....smoga ada mamfaat nya ..
PEMBUATAN TITANIUM
Tugas Kimia Anorganik III
Oleh :
Rini Handayani Rotua P
1017011046
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
A.PENGENALAN UNSUR TITANIUM
Sebelum kita mengetahui dan mempelajari proses pembuatan Titanium,terlebih dahulu untuk kita mengenali apa itu unsur titanium dan sifat fisik dan kimianya.
Titanium adalah logam transisi bewarna putih keperakan, yang bersifat ringan dan kuat dan mempunyai lambang kimia Ti. Titanium pertama kali ditemukan oleh William Gregor kimiawan Inggris pada tahun 1791, yang kemudian diberi nama oleh Martin Heinrich Klaproth pada tahun kimiawan Jerman 1795. Titanium juga merupakan elemen berlimpah kesembilan (mencakup 0,63% pada kerak bumi). Logam titanium tidak pernah ditemukan sendirian, keberadaannya selalu berikatan dengan mineral lainnya seperti rutile, ilmenite, leucoxene, anatase, brookite,perovskite, dan sphene yang ditemukan dalam titanat dan beberapa besi .
Pada sistem periodik titanium terletak pada golongan IVB dan periode 4. nomor atom titanium adalah 22 dengan massa atom relatifnya adalah 47,88 gr/mol
Titanium memiliki Titanium memiliki titik lebur 1.660oC dan titik didih 3.287oC, massa jenis yang rendah, keras tahan karat, dan mudah diproduksi. Titanium tidak larut dalam larutan asam kuat, tidak reaktif diudara karena memilki lapisan oksida dan nitrida sebagai pelindung.
B.SIFAT-SIFAT KIMIA TITANIUM
Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
Reaksi dengan Udara
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan menghasilkan Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
Reaksi dengan Halogen
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
Reaksi dengan Asam
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF (aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)
Reaksi dengan Basa
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada keaaan panas.
C.PEMBUTAN TITANIUM
Proses Pembuatan Titanium
Bijih Titanium, terutama Rutile (TiO 2) dan ilmentite (FeTiO 3), diperlakukan dengan dan klorin gas karbon tetraklorida untuk menghasilkan titanium.
TiO 2 + Cl 2 ->TiCl 4 + CO 2
Fraksinasi
Titanium tetraklorida yang dimurnikan dengan distilasi (BP 136,4) untuk menghapus klorida besi.
Pengurangan
Titanium tetraklorida yang dimurnikan direaksikan dengan magnesium cair di bawah argon untuk menghasilkan sebuah "berpori titanium" spons.
TiCl 4 + 2Mg -> Ti + 2MgCl 2
Pencairan
Titanium spons dilebur di bawah argon untuk menghasilkan ingot.
Penjelasan:
Salah satu metode yang digunakan dalam proses pembuatan titanium adalah Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan karbon. Hasil reaksinya adalah titanium tetraklorida yang kemudian dipisahkan dengan besi triklorida dengan menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam murni. Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur oksigen dan nitrogen. Sisa reaksi adalah antara magnesium dan magnesium diklorida yang kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan asam klorida sehingga meninggalkan spons titanium. Spon ini akan mencair dibawah tekanan helium atau argon yang pada akhirnya membeku dan membentuk batangan titanium murni.
2. Metode Hunter
Proses hunter yaitu pemanasan TiCl4 dengan pada suhu 700oC-800oC
2FeTi03+7Cl+6C ---> 2TiCl4+2FeCl4+2FeCl3+6Co
TiCl4 + 2Mg ----> 2MgCl2 + Ti
WINNIE THE POOH :*
DISNEY
Disney,.... yup.. That's I like ! That's my collection.... That's what I love ! Gua share tntg ini karena ad orang...yang bilang ke gua... "Ya eelah, udah gedhe masih suka Disney... "Emang besok sampe nikah kamu mau suka Disney??" Sebenernya kalo gw mikir sepintas emang kaya anak kecil kalo suka Disney.. Tapi emang dasarnya gw suka..apalagi winii de pooh :*.. b’coz emang dari kecil gw udah dikasih makann disney.. ahahaha!!! Jadi kebawa terus sampe gedhe.. Btw, kalo gw pikir-pikir lagi, Disney itu sebenernya nggak semuanya buat anak kecil.. Tergantung gimana kita memandang dan menyikapinya.. (cieeeee.....!!).
Kalo menurut gw, gw suka Disney itu beda yaaa ama anak kecil suka Disney.... Kalo orang-orang mikirnya sama ya emang kaya anak kecil.... Jadi kalo anak kecil sukanya ama winiie the pooh becoz lucu, ato Donald Duck yang gemesin soalnya marah-marah terus.. Kalo gw nggak ke arah situ.. gw lebih ke yang misalnya, Walt Disney itu biografinya gimana yah.. Sejarahnya winnie the pooh yang pertama kali gimana yaa.. Lebih yang gitu-gitu laah pokonyaa... Dan menurut gua... kalo kaya gitu mah nggak anak kecil dhe.... ahaahaha! Terus kalo anak kecil liat film Disney,... misalnya aja The Little Mermaid. Kalo anak kecil nonton, mungkin commentnya "Wah, Ariel akhirnya menikah ma Prince Eric, horee!!" Kalo gw mungkin mikirnya "Koq Ariel berani ngambil resiko ninggalin keluarganya buat sesuatu yang belum pasti?" Nah, jadi kerasa bobotnya.hehehe. Justru di situlah seninya Disney yang bener-bener bikin gw suka.. So, Disney's for Me! Hahaha
Christmas.......
Natal telah tiba.. Natal telah tiba.. Hore! Hore! Hore! (nyanyiin pake
lagunya Tasya - Libur Tlah Tiba :p) sambil beres-beres kamar yang berantakan gara2 gua uda berhari2 nga beresberess....upsss....ni gara2 laporannn :@ dan gua sadar kalo
ini uda bulan desember..cepet amatt...waktu dpercepat sama Tuhan!!haahh ..iaa
taahh...ia gua pernah dengerr..tapi gw lupa siapa yang ngasih taug gua tentang
itu,,,pastor digereja atau siapa yah...hempp...
NATAL...hempp...
Natal, biasanya orang ingetnya ama kado, . , pohon natal, and all ornaments
about Christmas. Tapi taoon ini gw mencoba untuk lebih ngerti arti natal
sebenernya.... Joy to the world.. The Lord has come!! Dan setiap natal,..
gw selalu inget Tuhan Yesus yang udah mau dateng ke dunia dan ngampunin
dosa-dosa gw yang sangatlah amat banyak ini ..., jadi gw diselametin. Thanks
God!
Jujur natal taon ini gw nggak se-happy taon lalu.... Ada banyak
ujian, masalah, cobaan, aaaarrrgggghhhh...... Tapi di natal ini juga gw belajar
untuk menghadapi semua itu dengan damai dan penuh sukacita.. ahaha. Dan di
natal ini gw belajar kalo gw tetep punya Tuhan walopun ada banyak hal yang
bikin gw pusing dan otak gw jadi panasss!!! >.<
In conclusion,.... this Christmas, I know and realize that everything
will be okay in Jesus. I will always trust Him! :)
Sabtu, 17 November 2012
Laporan Biokimia identifikasi lipid
IDENTIFIKASI LEMAK
(Laporan praktikum Biokimia)
Oleh:
Rini handayani Rotua P
1017011046
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air
tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter,
benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid. Lipid juga merupakan kelompok
senyawa beraneka ragam. Lemak dikenal merupakan salah satu dari senyawa lipid.
Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol, steroid, dan
terpenoid.
Lipid berasal dari kata Yunani yang
berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat
dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa
gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari
dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol
adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung
sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang,
umumnya 16 sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu
adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang
menyebabkan molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus
karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Sifat
dari lemak:
a)
Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air).
b)
Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan benzene.
c)
1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
d)
Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Fungsi utama lemak: sebagai penyekat, bantalan dan
cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel
mahluk hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari
molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah
dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik
sel syaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut
MIELIN, yang terutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak
misalnya pada jaringan bawah kulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan
juga disekitar berbagai alat didalam rongga tubuh dan dibelakang bola mata.
Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh. Senyawa ini dibentuk
bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekurangan energi. Secara
kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan
kurus.
Senyawa
organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai :
1.
Penyimpan energi dan transpor
2.
Struktur membran
3.
Kulit pelindung, komponen dinding sel
4.
Penyampai kimia
Beberapa
senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh,
diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan
sumber kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.
a.
LipidTerhidrolisis
Lipid
terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam
fosfat yang mengikat etanolamin atau serin
b.
Steroid
Steroid
merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa
yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen.
Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur inti.
Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai
samping (cabang) yang diikatnya.
c.
Terpenoid
Seperti
halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini
umumnya terdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol
(minyak mawar), limonen (jeruk), dan juga sebagai vita¬min A. Berikut ini
beberapa contoh senyawa terpena.
Secara
Kimia, Lemak terbagi tiga , yaitu:
1.
Lemak Sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang
paling banak ditemukan adalah Triasilgliserol yang disebut juga Trigliserida
(TG), yang ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam
berbagai minya lain yang berasal dari mahluk hidup. Yang dimaksud dengan minyak
adalah lemak yang dalam suhu ruang berada dalam bentuk cair , lemak yang dalam
suhu ruang masih berbentuk padat disebut lemak saja. Biasanya minyak berasal
dari tumbuhan dan lemak dari hewan. Konsistensi cair atau padat pada suhu ruang
ini biasanya ditentukan dari jumlah atom C yang menyusun asam lemak dari TG.
Makin panjang atom C, biasanya makin padat. Dilain pihak, makin banyak ikatan
rangkap, konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap
ini disebut asam lemak essensial, yang harus ada dalam makanan. Lemak tumbuhan
berupa minyak karena jumlah atom C-nya lebih pendek dan ikatan rangkapnya
relatif lebih banyak.
2.
Lemak Majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, asam lemak dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino, basa organik,
sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling
tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih
mudah berinteraksi dengan air. Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel dan
juga selubung sel dan serat syaraf.
3.
Turunan Lemak
Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis
atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak,
dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap
(jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormon steroid
(kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron).
Meskipun
bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa vitamin-vitamin A, D, E dan K
sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan digunakan tubuh. Karena
vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau
pelarut lemak.
Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat
fisiknya. Bloor membagi lipida sebagai berikut:
1.
Lipida Sederhana
Kelompok ini disebut juga homolipida
yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Jika
dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan
alcohol. Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a.
Lemak, ester asam lemak dan gliserol
b.
Lilin, ester asam lemak
2.
Lipida Majemuk
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang
mengandung gugus lain, contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida),
sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.
3.
Derivat Lipida
Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang
telah disebut terdahulu. Termasuk ke dalam golongan ini ialah asam lemak,
gliserol, steroid, alcohol, aldehida, dan keton.
Banyak lipida yang mempunyai sifat fisik amfipatik.
Istilah amfipatik yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun 1936,
memberikan turunan hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar) “bersimpati”
dengan suasana air dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang tidak
bersimpati dengan suasana air.
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Kita dapat membuat beberapa
penyamarataan mengenai asam lemak, walaupun ada perkecualian seperti yang akan
kita lihat.
1.
Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2.
Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3.
Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak
terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan
tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan
yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam
linoleat dan linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih
tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu
diistilahkan asam lemak essensial.
Garam asam lemak biasanya disebut sabun. Daya pembersih
sabun bertumpu pada sifat amfipatrik molekul sabun. Dengan ion Ca++ dan
Mg++ sabun dapat membentuk garam Ca atau
Mg yang mengendap. Oleh karena itu, apabila dalam air terdapat ion-ion tersebut
atau yang disebut air sadah. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Hal ini tampak dari
timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk.Asam lemak tak
jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya. Dengan gas hidrogen dan
katalis Ni dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi ini mempunyai arti penting karena
dapat mengubah asam lemak yang cair menjadi asam lemak padat. Ini adalah salah
satu proses pada pembuatan margarin dari minyak kepala sawit.
Lemak netral disebut juga asil gliserol atau gliserida.
Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan
tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak
netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak. Sebagai dalil umum adalah
titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan bertambahnya ketidakjenuhan dan
berkurangnya bobot molekulernya.
Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang terkandung didalamnya
diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah banyaknya gram iodium
yang dapat bereaksi dengan 100 gram asam lemak. Jadi, makin banyak ikatan
rangkap, makin besar bilangan iodium.
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam
lemak gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau
enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis yang
menggunakan basa disebut proses penyabunan.
Oksidasi
asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan
terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tak
enak atau tengik. Kelembapan udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri
perusak adalah factor-faktor yang menyebabkanterjadinya ketengikan lemak.
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alcohol monohidrat.
Terdapat sebagai pelidung kulit dan bulu, pelindung daun danbuah, atau sebagai
sekresi insekta. Lilin tak larut dalam air.
Fosfolipida adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester
asam fosfat. Fosfolipida banyak terdapat pada bakteri, jaringan tumbuhan dan
hewan. Fosfolipida yang disebut fosfatidil kolin biasanya didapat pada membran
dan hanya sedikit sekali fosfolipida ini terdapat pada lemak simpanan.
Sfingolipida merupakan lipida yang tak mengandung gliserol amfipatik, terutama
berlimpah dalam jaringan otak dan syaraf. Lipida ini diturunkan dari sfingosin.
Sfingolipida yang paling berlimpah adalah sfingomyelin yang terdapat dalam
jaringan otak dan saraf dan dalam bagian lipida darah.
Terpena dan steroid adalah lipida yang tak dapat disaponifikasikan yang berarti
bahwa hidrolisis alkali tak menghasilkan sabun. Struktur umum yang biasa bagi
semua steroida adalah kerangka siklompentano perhidro penantren. Steroid banyak
terdapat di alam. Diantaranya dalam jumlah yang terbatas tetapi mempunyai
aktivitas biologis yang penting yaitu asam empedu, hormon seks betina dan
jantan, hormon korteks adreval dan beberapa racun steroid yang terdapat dalam
jumlah lebih banyak yakni golongan sterol. Contohnya kolesterol, lanosterol,
fitosterol, dan mikosterol.
A.
Tujuan Percobaan
·
Membuktikan bahwa lemak hanya larut dalam pelarut organic.
·
Mengetahui tingkat kejenuhan lemak.
·
Mengetahui proses terbentuknya sabun oleh senyawa lemak.
·
Mengetahui karakteristik bau pada senyawa lemak.
B.
Alat dan Bahan
a. Alat
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Kertas saring
·
Rak tabung reaksi
·
Pembakar spirtus
b. Bahan
·
Pelarut (aseton, etanol, kloroform, eter)
·
Bahan Uji larutan lemak (minyak, margarine, lesitin)
·
Air
·
Iodium
·
KOH
·
NaOH
·
KHSO4
C.
Cara Kerja
a) Kelarutan lemak
·
Ke dalam 10 tetes air masukkan 1 atau 2 tetes senyawa lemak yang akan
diuji
·
Ke dalam 10 tetes pelarut (aseton, etanol, kloroform, eter) masukan 1
atau 2 tetes senyawa lemak yang akan diuji.
·
Teteskan larutan lipid yang telah dibuat pada point 1 dan 2 pada kertas
saring dan biarkan kering.
·
Amati pembentukan noda lemak pada kertas saring. Jika ada noda lemak
yang menempel pada kertas saring berarti lemak tersebut larut dalam pelarut.
·
Tambahkan 1 mL air pada larutan lipid dalam etanol. Catat munculnya
larutan segera setelah bercampur dan setelah dibiarkan beberapa menit.
·
Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 3 mL air. Tambahkan 2 tetes
minyak pada 1 tabung dan lesitin pada tabung yang lain. Kocok campuran tadi dan
bandingkan kestabilan emulsi yang terbentuk.
b) Uji ketidakjenuhan
·
Sediakan larutan iodium dalam kloroform
·
Tuangkan iodium tersebut sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung reaksi.
·
Masukan larutan yang akan diuji setetes demi setetes demi setetes dan
setiap penambahan selesai harus dikocok sampai warna iodium hilang. Amati hilangnya
warna iodium (kuning) untuk setiap penetesan senyawa lemak yang akan di uji.
(hitung jumlah penetesan lemak sampai warna iodium hilang)
c) Penyabunan
·
Masukan 4-5 tetes bahan percobaan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan air
suling sebanyak 3 mL. Masukan 1 ml KOH. Panaskan campuran tersebut sampai
mendidih (1-2 menit). Kocok dan perhatikan pembentukan busa.
·
Ulangi percobaan a dengan mengganti laritan KOH dengan NaOH.
·
Bandingkan hasil yang diperoleh dari poin a dan b.
d) Uji Gliserol
·
Tuangkan KHSO4 setinggi 0,5 cm dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 5 tetes larutan yang akan diuji pada tabung reaksi tersebut.
Jika senyawa lemak terbentuk padat, maka jumlahnya kira-kira sama dengan KHSO4.
·
Tambahkan lagi KHSO4 dan panaskan dengan hati-hati.
·
Cium baunya dengan mengibaskan tangan pada tabung reaksi tersebut.
·
Tuliskan hasil pengamatan dan kesimpulan.
D.
Data Pengamatan
a) Kelarutan lemak
Bahan uji
|
Pelarut
|
||||
air
|
aseton
|
etanol
|
kloroform
|
Eter
|
|
Minyak
|
_
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Margarin
|
_
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Lesitin
|
_
|
_
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan : (+) Larut, (-) Tidak larut
Indikator kelarutam : Noda pada kertas saring
b) Uji ketidakjenuhan
Bahan Uji
|
Perubahan warna
|
Hasil
|
Minyak
|
merah à jingga jernih
|
++
|
Margarin
|
merah à jingga keruh
|
+++
|
Lesitin
|
merah à kuning
|
+
|
Keterangan : (+) ketidakjenuhan
c) Uji Penyabunan
Bahan Uji
|
KOH
|
NaOH
|
Minyak
|
++++
|
++++
|
Margarin
|
++
|
++
|
Lesitin
|
+++
|
+++
|
Keterangan : (+) pembentukan busa
4) Uji Gliserol
Bahan Uji
|
Tingkat bau
|
Minyak
|
++
|
Margarin
|
+++
|
Lesitin
|
++
|
E.
Pembahasan
a) Kelarutan lemak
Pada tes kelarutan didapat hasil bahwa minyak, margarine,
dan lesitin yang bersifat nonpolar larut dalam pelarut aseton, etanol, eter dan
kloroform karena keempatnya merupakan pelarut organik (nonpolar). Kecuali
Lesitin yang tidak larut dalam pelarut aseton, hal ini dikarenakan lesitin
memiliki gugus kolin yang bermuatan positif sehingga lebih larut dalam eter dan
kurang larut dalam aseton. Hal ini disebabkan eter memiliki electron bebas yang
dapat diserang oleh muatan positif dari kolin sehingga kolin lebih larut dalam
eter daripada aseton yang tidak memiliki elektron bebas.
Pada pelarut polar yaitu air, lemak domba bahan uji tidak
dapat larut. Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut ditentukan oleh banyak
hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya.
Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang
bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga
sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut
sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada
pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi
dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
Pada tes bercak lemak, adanya bercak
transparan pada kertas saring menandakan adanya lemak pada zat tersebut. Pada
zat dalam pelarut eter terdapat bercak karena bahan uji telah larut sehingga
terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat bercak pada kertas.
b) Uji ketidakjenuhan
Percobaan ini
dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi
adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul
zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap
tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat
akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi semuanya oleh
iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium akan hilang.
Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak
utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat
(merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan
penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat,
asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah satu produk makanan
konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati.
Margarin dibuat melalui proses
hidrogenasi asam lemak tak jenuh
yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang
berbentuk padat.
Pada hasil
percobaan, minyak, margarin dan lesitin memberikan hasil positif yaitu dengan
hilangnya warna larutan iodium. Minyak menghasilkan warna jingga jernih,
margarin menghasilkan warna jingga keruh, dan lesitin menghasilkan warna
kuning. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat ikatan tak jenuh (ikatan
rangkap) sehingga dengan penambahan larutan iodium, terjadi reaksi adisi yang
menyebabkan hilangnya warna larutan iod. Ikatan tak jenuh yang terdapat dalam
margarin lebih banyak daripada ikatan tak jenuh dalam lesitin dan minyak
(ikatan tak jenuh dalam margarin > minyak kelapa > lesitin). Hal tersebut
dapat disimpulkan dari intensitas warna yang terbentuk (jingga keruh >
jingga jernih > kuning).
c) Uji Penyabunan
Asam lemak bila
bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) akan membentuk sabun, yang berfungsi sebagai
emuglator.
Pada percobaan
ketiga ini diamati pada ketiga bahan uji, dengan adanya pemanasan dan penambahan
alkali (KOH/NaOH) maka senyawa lemak akan membentuk gliserol dan sabun atau
garam asam lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi.
Perbandingan
jumlah busa (indikasi terbentuknya sabun) pada penambahan KOH daan penambahan
NaOH adalah sama. Lesitin menghasilkan busa paling banyak, kedua minyak dan
yang terakhir margarine. Hal ini dikarenakan kedua alkali tersebut merupakan
basa kuat.
Sedangkan untuk
jumlah busa paling tinggi terdapat pada minyak, asam lemak utama yang terdapat
dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan
bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi)
d) Uji Gliserol
Jika gliserol
dipanaskan dengan kalium bisulfate, dehidrasi akan terjadi dan akrolein aldehid
yang terbentuk memiliki karekteristik bau.
Dapat dilihat dari
data pengamatan bahwa margarin memiliki tingkat bau yang paling tinggi
dibandingkan lesitin dan minyak, hal ini bisa disebabkan karena margarine
memiliki tingkat ketidakjenuhan paling tinggi dibandingan minyak dan lesitin.
F.
Kesimpulan
·
Lipid larut dalam
pelarut organik yang bersifat nonpolar.
·
Lemak memiliki ikatan
tak jenuh, dan pada percobaan ini, margarine yang memiliki tingkat
ketidakjenuhan paling tinggi.
·
Asam lemak bila
bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) dapat membentuk sabun.
·
Tingkat bau paling tinggi pada uji gliserol terdapat pada margarine, hal
ini dapat disebabkan karena tingkat ketidakjenuhan senyawa lemak tersebut.
Daftar Pustaka
Poedjiadi,
Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2009. DASAR-DASAR BIOKOMIA. Jakarta:
Universitas Indonesia.
nn. “Uji-Karbohidrat”. [ONLINE].
http://www.scribd.com/doc/43248666/Laporan-Praktikum-Biokimia-Lipid : Rabu,
20 oktober 2012.
Windiaryani,
Sistiana. 2011. Modul Praktikum Biokimia. Bandar Lampung : Universitas lampung
Langganan:
Postingan (Atom)